The Lorax
Keserakahan pun terjadi di sana. Once-ler mulai menebang pohon Truffula untuk bahan baku merajut “Thneeds”, bahan unik serbaguna yang ditemukannya, yang dibutuhkan semua orang. Thneeds dapat digunakan sebagai kemeja, kaus kaki, sarung tangan, topi, karpet, bantal, selimut, atau tirai.
Lantaran Truffula ditebang, muncullah Lorax, penunggu pohon itu. Sosoknya pendek dan tua. Tubuhnya berwarna cokelat dan berlumut. Dia muncul dari tunggul pohon Truffula. Lorax berbicara untuk pohon, karena pohon tidak memiliki lidah. Dia memeringatkan Once-ler mengenai konsekuensi dari menebang pohon Truffula. Tapi Once-ler mengabaikannya, bahkan memanggil seluruh keluarganya untuk datang dan bekerja di pabriknya.
“Aku punya hak untuk memperbesar dan terus memperbesar usahaku, dan mengubah semua pohon Truffula menjadi Thneed. Tak ada yang bisa menghentikanku!,” sergah Once-ler kepada Lorax.
Lembah indah itu lekas terhimpit polusi, oksigen tak ada lagi, sebab pohon-pohon sudah habis ditebang semua. Lorax menyuruh para hewan untuk pergi mengungsi dari sana, demi menemukan habitat yang lebih ramah. Kemudian dia terbang menghilang ke awan. Setelah menebang pohon Truffula terakhir, Once-ler bangkrut. Pabriknya terpaksa ditutup.
Tak jauh dari lembah itu, dibangun tembok tinggi. Di balik tembok itu berdiri sebuah kota bernama Thneedville. Kota itu punya jargon: “Fantastik, dibangun dari plastik!”. Di sana, pohon dibuat di pabrik dengan menggunakan 96 baterai. Udara tidak begitu bersih, jadi para penduduknya membeli udara segar yang ditiupkan dari mesin. Semua unsur alami di kota itu artifisial, tak ada yang asli.
Bekas pegawai rendahan di pabrik Once-ler, Aloysius O’Hare, pandai melihat peluang dan memanfaatkan situasi. O’Hare mengambil alih bisnis raksasa sebagai penyedia plastik bagi kota itu. Apa saja dijualnya, mulai dari air, udara, pohon, hingga seluruh penduduk berada di bawah cengkeraman gurita bisnisnya. Patung dada O’Hare bahkan berdiri dengan gagahnya di pusat kota.
Ted, bocah yang tinggal di kota plastik itu bertanya mengapa tak ada pohon di sana. Neneknya menyuruh Ted menemui Once-ler. Anak laki-laki yang diliputi rasa ingin tahu itu, secara diam-diam menyelinap ke ujung kota, ke rumah tua yang tak terurus di mana Once-ler tinggal di dalamnya. Dia bertanya tentang riwayat pohon di bumi. Once-ler mengaku dialah yang menebang semua pohon Truffula, sehingga udara bersih hilang menguap lenyap dari lembah yang dulunya indah.
Once-ler yang insyaf dengan kesalahannya, lantas memberi Ted bibit Truffula terakhir. Bocah itu harus menanamnya di pusat kota. Bibit itu kemudian jadi incaran O’Hare dan komplotannya. Berhasilkah Ted menanam pohon?.
Cerita ini terkenal sebagai dongeng mengenai keserakahan. Tentang bahaya perusahaan yang mengeksploitasi alam.
The Lorax diangkat dari buku cerita anak-anak yang ditulis oleh Dr Seuss, dan pertama kali diterbitkan pada 1971. Kisahnya berupa kronik mengenai nasib lingkungan dan perlawanan Lorax, yang berbicara untuk pepohonan, terhadap keserakahan Once-ler. Seperti dalam karya Dr Seuss itu sendiri, sebagian besar makhluk yang tampil dalam film ini merupakan karakter asli dari bukunya.
The Lorax, film animasi komputer 3D genre komedi musikal berdasarkan dongeng cerita anak-anak karya Dr Seuss. Diproduksi Illumination Entertainment dan dirilis Universal Pictures pada 2 Maret 2012 lalu untuk memeringati ulang tahun ke-108 Dr Seuss dan film universal pertamanya. Film ini merupakan adaptasi kedua dari buku tersebut, setelah serial animasi musik televisi pada 1972.
Para pemain utamanya, antara lain, aktor komedi top Hollywood, Danny DeVito, sebagai pengisi suara Lorax, Zac Efron sebagai Ted, dan Ed Helms sebagai Once-ler. Karakter baru yang diperkenalkan di film ini adalah Audrey, yang disuarakan Taylor Swift, Aloysius O’Hare disuarakan oleh Rob Riggle, dan Norma Grammy disuarakan Betty White.